Perang Tarif Mereda, Sentimen Positif bagi IHSG?

Rabu, 14 Mei 2025

Perang Tarif Mereda, Sentimen Positif bagi IHSG?


JAKARTA, Investortrust.id - Ketegangan perang tarif Amerika Serikat (AS) vs Tiongkok yang mewarnai media dalam dua bulan terakhir kini tampak mulai mereda, setelah kedua negara sepakat menurunkan tarif impor. 

AS yang sebelumnya menetapkan tarif dagang tinggi secara sepihak kepada negara-negara mitra dagangnya, kini menunjukkan sikap yang lebih lunak setelah melalui negoisasi intensif yang di gelar di Jenewa - Swiss, selama 2 hari pada 10-11 April 2025 lalu.

Dalam kesepakatan tersebut, AS menyetujui penurunan tarif produk impor dari Tiongkok 145% menjadi 30%. Dan sementara Tiongkok juga menurunkan tarif untuk berbagai produk asal AS menjadi 10% dari sebelumnya 125%.

Farash Farich,  Chief Investment Officer BNI Asset Management memprediksi bahwa “meredanya ketegangan perang dagang AS – Tiongkok akan berdampak positif bagi pasar modal dunia termasuk IHSG yang berpotensi membaik dan melanjutkan penguatan sejak titik terendah tahun ini di awal April.

Pasar saham Indonesia terpantau menguat pagi ini, tecemin dari penguatan IHSG ke level 6.948,9 dipimpin oleh sektor Infrastruktur, sektor energi dantransportasi dan untuk sektor negatif ada di sektor teknologi. 

"Kesepakatan tarif dagang AS - Tiongkok ini memberikan sentimen positif bagi investor, meskipun belum merupakan penyelesaian akhir. Seperti disampaikan Scott Bessent, Menteri Keuangan AS bahwa ini adalah jeda untuk mencegah dampak kerusakan jangka panjang akibat trade war, karena kesepakatan penuh mungkin akan memakan waktu 2–3 tahun sebagaimana yang terjadi dalam pengalaman Perang Dagang AS – Tiongkok sebelumnya” kata Farash, Rabu (14/5/2025).

Farash menambahkan bahwa  kesepakatan ini menunjukkan bahwa Pemerintah AS – China saat ini bersikap lebih pragmatis dibandingkan sikap sebelumnya pada awal April 2025. Pemerintah kedua negara kini lebih tanggap terhadap kekhawatiran atas dampak ekonomi dari kenaikan tarif yang dapat meningkatkan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi kedua negara serta global.

Dengan demikian kesepakatan perang dagang sementara ini, tetap memberikan sentimen positif bagi pasar. 

“Pasar saham Indonesia, berada dalam posisi diuntungkan dengan perkembangan ini dimana valuasi IHSG, berdasarkan rasio price-to-earning, masih berada di bawah minus 1-standar deviasi dibandingkan rata-rata historisnya serta lebih rendah dibandingkan rata-rata historis terhadap valuasi pasar saham negara berkembang di Asia. Ditambah lagi, porsi kepemilikan asing di pasar saham kita terendah selama 10 tahun terakhir, ” ujar Farash.

Bagi investor dengan kebutuhan investasi jangka panjang dan risk appetite tinggi dapat mempertimbangkan di Reksa Dana Indeks saham BNI-AM IDX-Pefindo Prime Bank untuk memanfaatkan penguatan pasar saham. Selain itu didukung dengan valuasi yang menarik, dengan rasio price-to-book juga di bawah rata-rata historisnya dan pada kuartal-1 tahun 2025. Sementara itu laba bersih big banks align dengan ekspektasi pasar.

Sedangkan untuk investor dengan kebutuhan investasi jangka pendek dan menengah serta risk appetite lebih rendah ke moderat dapat mempertimbangkan Reksa Dana Pasar Uang BNI-AM Dana Likuid dan Reksa Dana Pendapatan Tetap BNI-AM Teakwood dengan underlying obligasi korporasi durasi pendek untuk menjaga nilai pokok invetasinya dan hasil investasi kedua reksa dana yang didapat dalam jangka pendek dapat secara bertahap dialokasikan sedikit untuk berinvestasi di reksa dana saham untuk memberikan tambahan hasil investasi.

Disamping itu, BNI-AM Quality Long Duration Fund dengan underlying obligasi pemerintah jangka panjang dapat dipertimbangkan bila terjadi koreksi di pasar obligasi yang menyebabkan yield obligasi 10-tahun berada di sekitar 7% atau lebih.