Analis Ungkap Faktor Pemicu Lompatan IHSG 2,15% Hari Ini, Bakal Berlanjut?

Rabu, 14 Mei 2025

Analis Ungkap Faktor Pemicu Lompatan IHSG 2,15% Hari Ini, Bakal Berlanjut?


JAKARTA, investortrust.id – Meredanya ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang ditunjukkan penurunan tarif impor menjadi faktor utama penopang lompatan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 147,08 poin (2,15%) menjadi 6.979.

AS sebelumnya menetapkan tarif dagang tinggi secara sepihak kepada mitra dagang, khususnya China. Namun sejak akhir pekan lalu AS menunjukkan sikap yang lebih lunak setelah melalui negoisasi intensif yang di gelar di Jenewa-Swiss selama 2 hari pada sabtu hingga minggu (10-11/05/2025).

Dalam kesepakatan tersebut, AS menyetujui penurunan tarif produk impor dari China 145% menjadi 30%, sementara China juga menurunkan tarif untuk berbagai produk asal AS menjadi 10% dari sebelumnya 125%.  

Chief Investment Officer BNI Asset Management Farash Farich mengatakan, meredanya ketegangan perang dagang  AS-China akan berdampak positif bagi pasar modal dunia, termasuk IHSG, berpotensi membaik dan melanjutkan penguatan sejak titik terendah tahun ini terjadi pada awal April.

"Pasar saham Indonesia terpantau menguat pagi ini, tercemin dari penguatan IHSG ke level 6.948,9 dipimpin oleh sektor infrastruktur, sektor energi dan transportasi dan untuk sektor negatif ada di sektor teknologi," kata Farash dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, (14/5/2025).

Menurutnya, tarif dagang AS-China ini memberikan sentimen positif bagi investor, meskipun belum merupakan penyelesaian akhir. Seperti disampaikan Scott Bessent, Menteri Keuangan AS bahwa ini adalah jeda untuk mencegah dampak kerusakan jangka panjang akibat trade war, karena kesepakatan penuh mungkin akan memakan waktu 2–3 tahun sebagaimana yang terjadi dalam pengalaman Perang Dagang AS-China sebelumnya.
 
Farash menambahkan, kesepakatan ini menunjukkan bahwa Pemerintah AS-China bersikap pragmatis, dibandingkan sikap sebelumnya pada awal April 2025. Pemerintahan kedua negara kini lebih tanggap terhadap kekhawatiran atas dampak ekonomi dari kenaikan tarif yang dapat meningkatkan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi kedua negara serta global. Dengan demikian kesepakatan perang dagang sementara ini tetap memberikan sentimen positif bagi pasar.

"Pasar saham Indonesia, berada dalam posisi diuntungkan dengan perkembangan ini. Valuasi IHSG, berdasarkan rasio price-to-earning, masih berada di bawah minus 1 standar deviasi, dibandingkan rata-rata historisnya serta lebih rendah dibandingkan rata-rata historis terhadap valuasi pasar saham negara berkembang di Asia. Ditambah lagi, porsi kepemilikan asing di pasar saham kita terendah selama 10 tahun terakhir," terang Farash.

Sementara itu, secara teknikal, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana alias Didit mencermati pergerakan IHSG masih cenderung up trend semenjak April 2025,  menurutnya pergerakan IHSG pun masih didominasi oleh volume pembelian.

"Kami perkirakan, IHSG masih berpeluang menguat dengan support 6.970 dan resistance 7.029, melihat dari MACD yang melandai di area positif dan Stochastic yang masih berada di area overbought," kata Didit kepada investortrust.id Rabu, (14/5/2025).